Selasa, 22 November 2011

HIKAYAT GULING: Ini bukan soal kambing guling atau tukar guling!

Biasalah saat kita tidur dengan isteri atau suami, masih juga ada guling yang menemani di sisi kanan kirinya, sehingga sesekali suami isteri itu saling beradu punggung karena masing-masing menikmati memeluk gulingnya setelah kelelahan sampai pulas tertidur.

Celotehan ini bukan bermaksud mengusili kenikmatan anda tidur berpeluk guling.
Sekedar untuk diketahui secara diam-diam, ini diantara kita saja, nggak usahlah rahasia ini diceritakan kepada pasangan anda.
Tidak ada salahnya kita mengetahui bagaimana ikhwal guling bisa berada dalam pelukan kita.
History of Guling bisa jadi usianya jauh  lebih tua daripada History of Java-nya Sir Thomas Stamford Raffles.

Seperti pernah diceritakan sastrawan Pramoedja Ananta Toer, guling pertama kali datang ke Nusantara bersama-sama dengan pelaut Belanda pada masa VOC.
Gelombang permulaan bangsa Belanda yang masuk ke Nusantara belumlah membawa isteri-isteri mereka.
Sebagai pengganti mereka yang tidur jauh dari isterinya, dibuatlah replika isteri, yang dkenal dengan sebutan Dutch Wife, yang sekarang ini di seantero Indonesia lazim disebut guling.
Saya belum menyelidiki apakah di benua Eropa saat itu sudah ada peradaban guling.
Guling jaman itu ukurannya masih gede dan panjang, yah kurang lebih seukuran isteri-isteri mereka.
Tidak seperti jaman sekarang ini, gulingnya kecil-kecil sehingga anak kecilpun ikut-ikutan memeluk guling.

Peninggalan replika guling jaman dahulu yang segede manusia bisa dilihat di museum Mulawarman yang merupakan bekas kesultanan Kutai Kartanegara di Tenggarong Kaltim.
Saya tahu karena pernah empat tahun singgah di kota itu.
Jaman dahulu keraton sudah disinggahi bangsa-bangsa asing, sehingga disediakan kamar-kamar untuk mereka, ada kamar khusus untuk bangsa Eropa, untuk bangsa Cina, untuk bangsa Jepang, dan kamar khusus untuk bangsa Arab, bangsa pribumi disediakan atau tidak saya sudah lupa, dengan tempat tidur dan interior kamar mengikuti seni arsitektur masing-masing bangsa tersebut.
Dugaanku guling ala dutch wife itulah yang menginspirasi keberadaan guling yang sekarang disimpan di museum itu.

Begitulah hikayatnya.
Dutch wife jaman sekarang sudah lebih "hidup" lagi, bisa anda lihat di Wikipedia, di Jepang ada yang mengkreasinya sebagai boneka guling (sex-doll) berpostur perempuan beneran yang lentur dengan segala aksesori dan fungsinya.
So, apabila saat tidur anda diabaikan pasangan anda yang lebih memilih memeluk guling, wah, itu sudah nyata-nyata serong guling di depan hidung anda.
Namun nggak usah khawatir.
Selama yang kudengar, belum ada satupun hakim yang memutus perceraian mendasarkan pada alasan gugatan cerai karena pasangannya serong dengan guling.
Atau hanya karena mereka pada tidak tahu riwayatnya ya?
Bisa loh ke depannya nanti, bila riwayat guling ini sudah diketahui orang secara meluas, memeluk guling dapat dianggap serong sehingga jadi alasan perceraian, apalagi yang dipeluk macam guling seperti yang diceritakan di atas.
Besar kemungkinan hakim akan mengabulkan gugatan cerai jika karena memeluk guling itu lalu antara suami isteri timbul percekcokan terus menerus yang sudah tidak mungkin bisa didamaikan lagi, sehingga tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri, sebagaimana dimaksud pasal 39 UU Perkawinan.
Tapi apa sampai segitunya ya?

Jadi saranku -- ini di antara kita saja ya -- demi menjaga kondusivitas keharmonisan perkawinan anda, buang jauh-jauh itu guling dari kamar tidur anda. Bilang aja gulingnya digondol koetjing atau diodol-odol goekgoek...
(Agoeng Soelistijono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar