Jumat, 10 Februari 2012

JEMUWAH WAGENAN eneh...


Acara : Jemuwah Wagenan
kamis, 9 pebruari 2012
jam 19.00 wib sampai selesai
di pelataran jemuwah wage

bersama Mbah Jas
mempersembahkan:
WAYANG TUTUR
dilanjutkan dialog budaya
di KOMUNITAS JEMUWAH WAGE - Gabus
  
 
Mbah Jas
Seperti malam jemuwah wage selapan hari (35 hari) yang lalu Komunitas Jemuwah Wage Gabus melaksanakan "tirakatan melekan" bersamaan dengan Barongan menjalankan ritual bersih desa mengitari Desa Gabus, akan tetapi suasana malam jemuwah wage kali ini terasa lebih sumringah karena suguhan pementasan "Wayang Tutur" oleh Ki Dalang Mbah Jas dan dalam pementasannya Mbah Jas membawakan lakon (lampahan) Yama Dakni.
Yang menjadikan wayang Mbah Jas ini lain dari pementasan wayang pada lazimnya adalah bentuk wayang yang ditampilkan, tampilan wayangnya ada 2 (dua) macam yaitu wayang yang terbuat dari bathok (tempurung kelapa) dan wayang yang terbuat dari bahan karpet plastik (biasa untuk talang air) dengan profil tokoh-tokoh kethoprak. Pada akhir cerita sang dalang menyampai petuah-petuah (pitutur) yang berkaitan dengan lakon yang dimainkan sehingga penonton dapat mengambil hikmah dari cerita yang telah disajikan, oleh karena itulah disebut wayang tutur.
Pada Jemuwah Wagenan kali ini juga banyak konco-konco penggiat seni dari sekitar Pati, Margayoso, Juwana, Kayen, Winong hadir, juga para sesepuh tokoh masyarakat dan pejabat di Kecamatan Gabus turut hadir meramaikan acara. Memang tidak sekedar melekan yang dilakukan, tetapi ada hal yang dibahas yaitu menyusun rencana perayaan 17-an yang akan diisi dengan pentas seni dan budaya, seperti dikatakan oleh mas Didik, " Kami masyarakat Gabus merindukan adanya kegiatan seni dan budaya seperti yang pernah terjadi sekitar 20 tahun yang lalu.....", maka terjadilah dialog.... 
Apapun perbincangan jemuwah wage kali ini kita tunggu saja hasilnya...

WAYANG TUTUR 
lakon "Yama Dakni"
 
Bercerita tentang kehidupan seorang Raja yang bernama Yama Dakni.
Kemapanan tidak  memberikan kepuasan batin bagi seorang Raja sehingga membuat Sang Raja memutuskan meninggalkan  keduniawian pergi bertapa, akan tetapi ditengah pensucian diri godaan menimpanya, Sang Permaisuri yang ditinggalkan terpikat pada seorang lelaki. Dari sinilah prahara kehidupan keluarga mulai terjadi.

Ternyata setinggi apapun derajad kemanusiaan seseorang tetap akan mengalami godaan hidup, tinggal mampu atau tidak menjalaninya……
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar