Pementasan Drama “Mengasah Pisau Cukur” oleh Teater Keset Kudus
Di
Pelataran Jemuwah Wage Ds/Kc Gabus Rt 5/V Pati
Hari,
Tanggal
Kamis, 15 Maret 2012
Jam
19.30 Wib
Susunan
Acara
-
Pementasan Drama “Mengasah Pisau Cukur” oleh Teater Keset Kudus
-
Diskusi Pementasan
-
Pemutaran Film (kalo sempet)
“ Mengasah Pisau Cukur “ Karya :
Hanindawan
Adalah Pak Emon, seorang tua yang
berprofesi sebagai Tukang Cukur keliling yang memilih berteduh dibawah pohon
untuk menjalankan usahanya tsb. Namun menurut penuturan Pak Emon sendiri, pohon
– pohon tempat ia berteduh selalu saja ditumbangkan dengan berbagai alasan.
Sehingga Pak Emon harus mencari pohon – pohon yang lain yang bisa ia jadikan
tempat berteduh. Hingga ia menemukan sebuah tempat yang ia anggap sebagai
tempat terakhirnya. Disana ia juga menanam pohon sendiri yang ia anggap
miliknya dan tak ada seorangpun yang bisa menebangnya. Ternyata, Pak Emon juga
menyimpan semua cerita memilukan selama hidupnya menjadi orang yang selalu
terusir karena penebangan – penebangan pohon tempat ia berteduh. Dendampun menjadi
satu – satunya alasan yang membuat ia selalu menunggu seseorang, laki – laki,
yang ia anggap telah membuat dia kehilangan semuanya. Termasuk anak dan
istrinya yang meninggal dunia karena sakit dan ia tak mampu membeli obat. Semua
laki – laki yang ia jumpai, selalu dalam prasangka dendam Pak Emon. Sering ia
mengkhayal ada seorang laki – laki yang datang untuk potong rambut, dan
diyakininya bahwa laki – laki itulah yang selalu menebangi pohon – pohon.
Adalah Ifah dan Selamet, yang juga
berada ditempat terakhir Pak Emon menanam pohonnya sendiri, yang sudah hafal
betul perilaku Pak Emon. Ifah, seorang wanita yang ditinggal pergi suaminya,
yang menyatakan kepedulian pada Pak Emon dengan rela menghidupi Pak emon untuk
tetap bertahan hidup. Wanita penjaja gorengan, yang sudah menganggap Pak Emon
senagai orang tuanya sendiri. Yang tak rela Pak Emon memendam dendam
kesumatnya. Selamet, seorang laki – laki yang membujang karena tak ada satu
wanitapun yang mau menjadi pendamping hidupnya. Yang diam – diam juga menyukai
Ifah, tetapi tak berani mengungkapkan isi hatinya. Seorang yang terlihat lugu
apa adanya ketika berbicara.
Adalah Sopir angkota, yang juga
menaruh hati pada Ifah, yang ternyata sudah memiliki anak istri. Rela melakikan
apa saja demi mendapatkan pujaan hatinya. Yang ternyata, juga dicurigai Pak
Emon sebagai laki – laki penebang pohon – pohon Pak Emon. Hingga suatu saat,
Sopir itu tak berdaya menghadapi bujuk rayu Pak Emon untuk duduk di kursi yang
sudah ia persiapkan sejak lama. Di atas kursi itulah, Pak emon merasa ia tidak
sia – sia menunggu dan selalu mengasah pisau cukurnya hingga tajam. Pisau
Cukur, yang ia anggap satu – satunya senjata yang ia anggap mematikan yang
hanya dimiliki seorang tukang cukur keliling. Prosesi pembalasan dendam pun
sudah begitu rupa dipersiapkan Pak Emon selam bertahun – tahun, hingga ia
terlupa bahwa ada orang – orang yang tak rela adanya dendam yang terbalas pada
orang yang belum tentu bersalah itu. Dan Pak Emon pun harus kembali tersungkur
dibawah pohon rindang itu dengan dendam yang terus membuncah pada setiap laki –
laki yang ia anggap sebagai penebang pohon – pohon itu. “ tak ada lagi yang
bisa menebang pohon sesuka hatinya “ demikianlah ucapan Pak Emon demi menjaga
pohon – pohonnya itu.
Sebuah cerita yang mengulas tentang
makna – makna hidup yang multi kompleks dan multi tafsir tersebut. Yang bisa
kita dengar dari berbagai sisi kehidupan realita, betapa penggusuran yang
terjadi demi sebuah keberpihakan kepentingan. Sehingga banyak korban dari
kalangan kecil yang tidak tahu menahu prosedur hukum yang ada. Juga makna dari
sisi penebangan – penebangan pohon di hutan yang tanpa didasari ijin yang juga
tanpa perhitungan resiko yang akan dihadapi. Sebuah proses kehilangan kita
terhadap kawasan hijau yang menjadi sumber kehidupan kita...adalah... POHON.
Sutradara :
Jesi Segitiga, Astrada : Didik
Ariyadi, Aktor dan Aktris : Wisnu
Dw sbg Pak Emon, Evi Coin sbg Ifah, Lasimin
Djavu sbg Selamet, Dito Morra sbg Sopir ,
Pnt Musik : Zainuddin Abdillah S,Pd., Widha Sukardi, Ulul Azmi, Ahmad Zaki Yamani S,Pdi
Pnt Musik : Zainuddin Abdillah S,Pd., Widha Sukardi, Ulul Azmi, Ahmad Zaki Yamani S,Pdi