PATI--MICOM: Upaya membentuk kawasan yang menjadi kantung budaya, seperti yang dilakukan pengiat kesenian di Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, membutuhkan sebuah proses. Itu pula yang coba diletupkan melalui gelaran Festival Pasar Gabus, akhir pekan lalu.
Gelaran yang dilangsungkan pada 9 Oktober dan 10 Oktober 2010 di Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Pati, Jawa Tengah itu mendapatkan wadah dengan masa hajatan kaum agraris di Tanah Jawa yang biasa disebut Sedekah Bumi. Ekspresi rasa syukur masyarakat desa atas hasil panen dan hasil kerja selama setahun, serta lantunan doa dan harapan akan hari esok yang lebih baik. Kegiatan Sedekah Bumi yang biasa dilakukan di setiap bulan Apit pada penanggalan Jawa.
Kawasan pasar ditetapkan menjadi pusat kegiatan, karena sudah sejak lama menjadi tempat digelarnya Sedekah Bumi. Selain itu, pasar juga menjadi wilayah yang disakralkan bagi warga Gabus, yang berjarak sembilan kilometer di selatan Kota Pati.
Perupa Putut Puspito Edi sebagai pengiat kesenian di wilayah itu, Senin (11/10) menuturkan, berbagai kegiatan budaya digelar dan mendapat sambutan dari warga setempat. Mulai dari seni instalasi yang menjadi latar pertunjukan, hingga bentangan layar proyektor yang menampilkan gambar-gambar suasana di kampung itu.
Festival diawali dengan prosesi kirab budaya dari rumah kepala desa setempat. Seluruh pengisi festival berjalan menuju tempat pertunjukan di sekeliling pasar, dengan kesenian barongan sebagai pembuka jalan. Ditampilkan pula performance art oleh para pesilat Setia Hati Terate.
Titik terakhir pementasan digelar tari kolosal Sedekah Bumi oleh siswa SMPN 1 Gabus, Silat Setia Hati Terate,Sanggar Widyas Budaya. Mahasiswa ISI Surakarta yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tampil pula, berkolaborasi dengan kesenian barongan. Prosesi berakhir dengan penyerahan padi oleh tokoh Dewi Sri, simbol dewi padi, kepada kepala desa melalui dalang yang siap mementaskan wayang kulit. Kemudian pertunjukan wayang kulit dihelat hingga pagi, dan diakhiri pemutaran film indieBroLL oleh komunitas Teater GONG. Pada hari kedua, digelar pergelaran Kethoprak Siswo Budoyo Pati.
Ide pementasan berawal dari pertemuan mahasiswa KKN dari ISI Surakarta dengan Hani Indriyani, pimpinan Sanggar Widyas Budaya,Tunggul Ariyanto (seorang penggemar heritage lokal), dan Putut Puspito Edi. Mereka pun sepaham, ada potensi mengembangkan budaya lokal. Kegiatan budaya yang bila mendapat dukungan akan terus tumbuh dan dapat dikelola dengan lebih baik, serta dapat dilangsungkan setiap tahun.
"Gabus sebagai kampung kantung kesenian di bagian selatan Kota Pati diharapkan dapat menjadi ruang alternatif baru sebagai kantung kesenian di wilayah Pesisir yang kadang terpinggirkan Oleh pusat pusat budaya arus besar." jelas Putut.
Sedangkan Ketua Dewan Kesenian Pati Dwi Riyanto menyatakan, peristiwa berkesenian dalam Festival Pasar Gabus dan Sedekah Bumi merupakan simbol kegotong royongan rakyat pedesaan. Pada kemasan seni ada roh kebersamaan. Diharapkan peristiwa budaya pada Sedekah Bumi mampu menjadikan Gabus sebagai kantung budaya di Pati.
"Apalagi potensi berkesenian di sini cukup tinggi. Dengan kerja sama seluruh masayarakat hal itu bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dapat dilaksanakan," ujar Dwi Riyanto. (OL-2)
Tulisan dan foto di atas, diunduh dari:
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/12/174527/90/14/Festival-Pasar-Gabus-Upaya-Tumbuhkan-Kantung-Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar